Senin, 06 Agustus 2012

»Ini Hanyalah Cerita Fiksi. Tapi jika ada yang membaca ini, cobalah dibaca dengan perlahan. Kuharap kalian bisa mengerti apa yang kusampaikan dari tulisanku ini...« 


Hari ini adalah hari yang berbeda dari biasanya... 

Ya... 

Graduation Ceremony Fakultasku, aku akhirnya lulus Kuliah... 

Pagi-pagi aku sudah siapkan dengan baik segala apa yang harus kubawa dan yang harus ku lakukan...

Pukul 7 tepat aku sudah sampai di kampus dan aku segera ke kamar ganti untuk mengganti seluruh bajuku dengan seragam kelulusan.. 

Menit demi menit aku menunggu, satu persatu teman-teman seangkatanku datang. Aku jabat tangan mereka satu persatu sambil mengucapkan selamat atas kelulusan mereka, "Hey, kamu juga lulus. Kenapa kami saja yang diselamati? Kamu juga dong." 

ahahaha... Aku hanya tertawa bersama mereka, yah paling tidak aku bisa ikut berbahagia detik ini bersama mereka... 

Teeet.... 

Oh! Waktunya sudah tiba, saatnya kami show off untuk berjalan penuh keanggunan menuju panggung yang disediakan untuk kami. 

Berjalan dengan perlahan tapi pasti. Gagah? Yaa... Karena kami terlihat sangat gagah dengan mengenakan setelan jas hitam, mirip agent inteligent hihi... 

Oya, setelah kami berjalan dan kemudian kami duduk dengan hikmat untuk melanjutkan acara kelulusan kami... 

Pembukaan, pembacaan sambutan dari ketua yayasan, sambutan dari kepala sekolah dan sambutan lain dari pihak wakil gubernur di wilayah kami dan di iringi lagu dari adik-adik kelas kami.. 

Lagu yang mereka bawa sangat indah. Hampir saja aku tidak sanggup menahan air mata karena indah sekali untuk didengar.... 

Hmmmm.... 

Sudah masuk acara Inti rupanya... 

Kami maju satu-persatu untuk penyerahan medali kelulusan universitas.. 
Nama kami beserta nama orang tua kami dipanggil satu persatu... 
Adriano Rafi Pratama, Putra dari Bapak.. (Sensor) 
Aku pun maju karena namaku telah dipanggi Master Ceremony (MC) 
Aku maju dengan mantap, berjalan sampai di tengah hall lalu aku lakukan hormat dengan menundukkan kepala seperti orang jepang... 

Ups... 

Ternyata tugasku belum selsai, aku segera diminta turun panggung untuk mempersiapkan diriku membacakan Ikrar Alumni... 

Setelah acara penyerahan medali kelulusan, giliranku untuk beraksi.. 
Aku bacakan dengan keras dan jelas sehingga mungkin microphone pun tidak perlu, hehe... 
Fyuuuh... Akhirnya, acarapun akan ditutup dengan d'best award student.. 
Lagi-lagi kami dipanggil satu-satu untuk penyerahan penghargaan... 
Selsai sudah akhirnya kami bisa kembali duduk... Yes! 

Tapi tiba-tiba MC yang diatas panggung memegang tanganku dan mengatakan bahwa aku harus tetap stay dipanggung, yang lainnya boleh duduk. Apa ini? Kenapa aku yang ditahan...??? 

Lalu dimulailah tanya jawab antara MC denganku... 

MC: Sodara Adriano... 
Aku: Ya? 
MC: Sodara sebelumnya saya ucapkan selamat atas kelulusan Anda (sambil jabat tangan) 
Aku: Oh, terima kasih. (Akupun membalas jabat tangannya) 
MC: Oh iya, kebetulan karena Anda ini mendapatkan nilai terbaik seluruh kelas jadi saya ingin tanya, apa sih rahasianya bisa dapat nilai tertinggi? 
Aku: nnng... Belajar 
MC: Itu saja? 
Aku: Ya, (sambil ku anggukan kepalaku) 
MC: Oke, kalau begitu ada hal-hal yang ingin Anda sampaikan sebagai ucapan kelulusan Anda? 
Aku: (Aku hanya terdiam sejenak sambil memegang Mic yang diberikan oleh MC) 

Sebelumnya, terima kasih sudah diberikan sedikit waktu untuk berbicara... 

Saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak dan ibu guru yang telah bersedia mengajarkan kepada saya Ilmu dan menjadikan saya seperti ini, terima kasih untuk temen-temen seperjuangan, senasib yang selalu bersama berjuang bersama untuk lulus bersama. 

Juga kepada Ibunda, Rafi ucapkan banyak terima kasih sekali kepada Ibu. Karena Ibu yang menyuport saya hingga seperti ini... 

Dan yang terakhir.... 

Saya ingin ucapkan kepada seseorang... 

Orang ini yang selalu membentak saya... 
Orang ini yang selalu keras kepada saya... 
Orang ini tidak pernah tersenyum meski saya sudah bersusah payah menyenangkan hatinya... 
Dan orang ini adalah orang yang tidak percaya bahwa saya bisa... 

Setiap saya berusaha apapun, ketika orang lain senang dengan apa yang saya lakukan, orang ini hanya mengatakan "Bagus, tapi jangan kamu sombongkan." Selalu itu yang diucapkannya, sampai aku ingin membencinya... 

Tapi kenyataannya... 
Berjalan menghadapi dunia ini menyadarkanku akan banyak hal... 

Dunia memang tidak mudah dan itu benar... 

Saya belajar perlahan, meskipun jarang bahkan hampir tidak pernah saya dapatkan pujian darinya apakah saya akan menyerah? TIDAK! 

Saya tidak bisa... 

Karena setelah saya belajar banyak hal, baru saya mengerti bahwa ORANG INILAH RIVAL ABADI SAYA...!!! 

-suasana jadi hening, lalu kemudian MC memecah keheningan- 

MC: Jika kami boleh tau, siapa orang yang Anda maksud? 
Aku: Anda ingin tau? 
MC: Ya... 
Aku: Anda semua ingin tau? 
Hadirin: Ya... 

Perlahan aku berjalan menuruni tangga.. 
Aku berjalan perlahan menyusuri kursi hadirin yang duduk... 
Mereka melihatku penuh penasaran... 

Hingga akhirnya, aku berhenti tepat didepan seorang pria yang sudah berusia 60 tahunan yang sudah duduk disebuah kursi roda... 

Perlahan aku pegang pegangan kursi roda lalu aku dorong perlahan untuk maju kedepan... 
Ada beberapa beberapa hadirin yang mulai menitikan air mata, sepertinya mereka mengerti apa yang ku lakukan... 

Aku: Hadirin... Orang yang saya maksud, orang yang saya ceritakan tadi dan orang yang saya bawa ini adalah Ayah saya... 

Ayahku... 
Adalah orang yang paling pelit dalam tersenyum kepadaku... 

Ayahku... 
Adalah orang paling sulit untuk memuji bahwa aku berhasil... 

Ayahkulah, yang membuatku terus berfikir bagaimana caranya bisa membuat simpul senyum indah menghiasi bibir ayahku yang kian menua ini... 

Aku tau... 
Aku memang belum bisa membahagiakan Ayah... 

Karena aku tau aku Ayah belum bisa tersenyum bahagia karena usahaku... 

Tapi Ayah... 
Untuk hari ini... 

Izinkan aku, persembahkan kelulusanku... 
Dan semua yang kuraih ini untuk ayah... 

Ayah.... 

Hanya satu yang ingin kuharap darimu... 

Tersenyumlah 1x saja untuk kali ini... 
Tersenyumlah kali ini saja dari semua yang sudah ku lakukan... 

-Aku kemudian berjalan menghadap ayahku lalu aku duduk jongkok di depannya. Aku lihat jelas mata ayahku yang tertutup oleh kacamata.. Tapi aku bisa lihat sinar mata seorang Ayah kepada anaknya.... 

Lalu, ayahku pun berkata, 

Ayah: Anakku, Ayah selalu bangga kepadamu. Meskipun Ayah jarang bahkan hampir tidak pernah tersenyum, tapi ayah selalu bangga bahwa kamu adalah Anak Ayah yang hebat... Ayah... Bangga padamu, nak. (Kalimat terakhir ayah itupun dilakukan bersamaan dengan tangan ayahku menepuk bahu kiriku) 

Tanpa sadar, air mataku menetas... 
Dan tidak kuperdulikan hadirin yang melihatku menangis, ya... Aku menangis berlutut didepan ayahku... 
Aku tidak perduli apa respon hadirin yang melihat ini semua... 
Karena memang hanya menangis saat itu yang bis aku lakukan.... 

Selsai dengan itu semua, MC mendekat kepadaku, 

MC: Sungguh luar biasa bahwa Ayah Anda yang mampu menjadikan Anda seperti ini. Sebenarnya ayah Anda itu lulusan apa? Kenapa bisa menghasilkan anak seperti Anda.... 

Aku: Ayahku hanyalah lulusan SLTA sekolah Rakyat... 
Namun... Bukan pendidikannya yang sederhana, tapi ayah bisa menghebatkan 3 putrinya yang sekarang sudah memiliki keluarga sendiri. Dan mampu membuat saya menjadi lulus S2 seorang Psikologi... 

MC: Lalu kenapa Anda bilang Ayah Anda adalah rival abadi atau terberat Anda? 

Aku: Jika seorang lulusan sekolah rakyat tapi mampu menyukseskan ke-4 anaknya... Tidakkah itu hebat? 
Jika iya... Kenapa kita sebagai penerusnya tidak lebih hebat daripada pendahulunya? Bukankah yang terbaik adalah kita bisa lebih berhasil dari sebelumnya kan? 

Orang tua menginginkan yang terbaik bagi anaknya, bahkan ingin anaknya menjadi lebih baik dari orang tuanya... 

Jika ayahku bisa menghebatkan ke-4 anaknya menjadi lebih baik. Kenapa aku tidak bisa menghebatkan anak dan keluargaku kelak....? 

-Mc hanya bisa terdiam dan tidak sanggup berkata apapun lagi... 
Perlahan aku dorong kembali kursi roda ayah berjalan pelan menyusuri jalur yang disediakan... 

Perlahan, tepuk tangan pun menjadi meriah dan keras mengikuti langkahku berjalan. 
Aku tidak perduli semeriah apa mereka bertepuk. Yang kuperdulikan adalah berjalan bersama Ayah. 
Ibu.. Sudah menungguku di pinggir, beliau yang meminta supaya aku kembali dan biarkan Ayah didekat ibu, aku mengangguk setuju... 

Tepuk tangan meriah pun tidak berheti-henti. Bahkan sampai ada yang masih menitikan air mata... 

Dalam hati aku hanya bisa mengucap 

"Tuhan, semoga orang-orang yang melihat ini semua bisa mendapatkan hal yang berarti dari apa yang kulakukan..."


Sumber : http://www.facebook.com/notes/adriano-rafi-pratama/whos-your-eternal-rival-my-father/10150994194092393